Sidoarjo – Kisah pilu dialami oleh Ibu (DK) 51 tahun, warga asli kawasan Gading Fajar kabupaten Sidoarjo. Ibu paruh baya berstatus janda ini bingung akan kondisi putri semata wayangnya yang diduga mengalami trauma psikis hingga tidak mau bersekolah lagi lantaran sering di-bully teman temannya.
Sebut saja bunga, putri tunggal dari ibu (DK) yang bersekolah di SDN 3 Sidokare Kecamatan Sidoarjo, kabupaten Sidoarjo ini terpaksa melanjutkan pendidikan sekolah dasarnya di salah satu sekolah swasta demi menghindari peristiwa yang dialaminya.
Menurut pantauan media, saat mendatangi Bunga selaku korban bullying ketika berada dikediamannya, kepada media dirinya tidak menampik dan menceritakan bahwa sering di bully oleh beberapa teman sekelasnya sejak kelas 4 SD.
“Saya sering di-bully oleh teman teman sejak dikelas 4. Bahkan yang paling parah pergelangan tangan saya disuruh disayat dengan pisau cutter dengan alasan untuk di barcode dan dikasih imbalan uang sebesar Rp 200.000 dan saya tolak karena saya tahu kalau tanganku disayat pasti aku mati” ucap bunga saat ditemui awak media.
“Teman-teman tidak mau berteman dengan saya katanya saya gendut dan jelek, saya masih ingat kejadian terakhir waktu upacara bendera (pada bulan Oktober 2024), saya ditonjok sampai kesakitan.” lanjutnya
Berdasarkan kejadian tersebut, tepatnya pada 7 Oktober 2024 sang ibu berusaha mencari solusi dan melakukan klarifikasi ke pihak sekolah atas apa yang telah menimpa putrinya sehingga mengalami trauma hingga tidak mau menginjakkan kakinya ke sekolah.
“Karena saya kawatir akan kondisi Bunga akhirnya saya mendatangi pihak sekolah bermaksud mencari solusi. Namun harapan itu sirna karena pihak sekolah tidak memberikan solusi malah terkesan menyalahkan saya dalam mendidik anak” jelas DK.
“Karena melihat kondisi Bunga sering tantrum dan ketakutan, maka saya bawa ke psikiater di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Disitu dijelaskan oleh dokter kalau Bunga mengalami trauma psikis cukup serius.” jelas sang ibu saat dikonfirmasi.
“Sudah berkali-kali saya ke sekolah justru saya terkesan disalahkan dalam mendidik anak, padahal saya tanya kenapa anak saya jadi seperti ini, dan apa solusinya dari pihak sekolah, kok malah saya yang disalahkan bahkan dikatakan saya terlalu memanjakan anak apalagi karena tidak punya bapak.” ketusnya.

Sementara itu, agar informasi ini berimbang media mencoba konfirmasi ke pihak sekolah SDN 3 Sidokare pada hari Selasa (21/01/2025) dan ditemui langsung oleh Ibu Retno selaku kepala sekolah didampingi Ibu Ida selaku bendahara.
“Kalau disekolah ini sama sekali tidak ada masalah, istilahnya di sekolah ini tidak terjadi apa apa.” Ucap Retno saat ditemui diruangannya.
Dilanjutkan oleh bendahara SDN 3 Sidokare bahwa pihak sekolah tidak spontan mengambil keputusan atau kesimpulan. Menurutnya, semua sudah sesuai dengan SOP,
Saat disinggung terkait soft copy hasil test dari psikiater dari RSAL Dr. Ramlan Surabaya, pihak tidak menepis bahkan mengatakan bahwa sudah menerima hasil test tersebut.
“Kalau dari copyan surat yang diberikan ibunya kami menyimpulkan tidak ada masalah dengan anaknya. Justru menurut kami yang ada masalah adalah ibunya. Isi surat tersebut menuliskan bahwa anak perlu perhatian khusus dari orang tua.” ucap Ida.
Selaku kepala sekolah, Retno menambahkan bahwa pihak sekolah tetap memfasilitasi Bunga walau sudah tidak bersekolah di SDN 3 Sidokare, meskipun melanjutkan pendidikan di sekolah swasta, pihaknya memfasilitasi ijasah atau raport di keluarkan dari SDN 3 Sidokare.
“Saya sudah berkordinasi dengan pihak SD swasta tersebut, Bahkan saya sudah memenuhi panggilan dari Dinas Pendidikan kabupaten Sidoarjo terkait hal tersebut. Disitu saya sampaikan tidak masalah jika Bunga bersekolah di sekolah lain yang penting masih bisa sekolah daripada tidak bersekolah, tapi ijasah tetap dari SDN 3 Sidokare.” urainya.
Berbeda dari informasi yang ditemukan dilapangan, beberapa orang saksi yang enggan disebutkan namanya menjelaskan apa yang telah dialami Bunga. Bahkan menunjukkan barang bukti alat silet (carter mini) yang digunakan siswi SDN 3 Sidokare untuk memaksa Bunga menggores tangannya sendiri.
“Sebenarnya saya tidak tau kalau ada kejadian itu, setau saya justru si Bunga sudah berminggu-minggu tidak sekolah. Disitulah saya baru tau, memang dulu pada saat Bunga kelas 5 dia sempat masuk di dalam kamar mandi sampai hampir satu jam dan nampak ketakutan hingga harus saya paksa keluar.” kata ibu paru baya itu.(red).
“Saya juga pernah menegur siswi siswi yang disebut namanya oleh Bunga, Mereka mengatakan kalau tidak suka dengan Bunga karena kondisinya yang gendut, hitam dan dinilai jadi anak mama. Hingga kejadian hampir menggores tangan itu juga alasannya untuk menguji Bunga.” Jelasnya.
“Jujur kami kasihan melihat kondisinya Bunga, tapi kami hanya bisa berdoa semoga Bunga dapat yang terbaik. Bahkan saya dengar sejak sekolah di swasta tersebut mendapat nilai yang bagus di sekolah barunya.” pungkasnya.
Hingga berita ini di publikasikan pihak Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Sidoarjo tidak merespon saat dikonfirmasi . Baik via WhatsApp maupun telepon selulernya. Bahkan saat didatangi di kantornya pada hari Selasa (21/01/2025) siang dan Rabu (22/01/2025) siang, dikatakan kalau kepala dinas lagi ada rapat, begitupun dengan staff bagian yang menangani kasus tersebut. @dieft